The Woman in The Window - A.J Finn |
Bonus Pembatas buku tapi ukuran post card dan foto + tulisan cetakan dari penulis. |
Hai!
Kali ini aku mau bahas novel The Woman in The Window karya A.J. Finn, debut pertamanya dan menurutku, sorry to say untuk Paula Hawkins, novel ini jauh lebih oke dibanding The Girl on The Train mu.
Nggak maksud bandingin secara cuma-cuma sih, tapi disini kedua pengarang sama-sama menampilkan tokoh utama yang memiliki kebiasaan alkoholik parah dan melihat pembunuhan disaat lagi mabuk dan menyangka kalau mereka halusinasi gitu. Tipe-tipenya sama, makanya aku agak membandingkan dengan The Girl on The Train, tapi untuk karya A.J. Finn ini selangkah lebih bagus sih menurutku.
Btw, aku nggak pernah review The Girl on The Train ya? Tapi aku rasa, udah banyak juga yang nonton film nya sih, dan jujur aja aku pun agak kurang puas nonton nya. Maaf ya. Selera juga mungkin.
Kita bahas novelnya yuk!
***
Sinopsis
Judul buku : The Woman in The Window
Penulis : A.J. Finn
Penerjemah : Ingrid Nimpoeno
Penyunting : Yuli Pritania
Penata Letak : TBD
Cetakan ke : 1, Mei 2018
Halaman : 573 hal, 22 cm
Penerbit : Mizan Publika (PT. Mizan Publika); Noura Books
ISBN : 978-602-385-328-1
Dikisahkan seorang Psikolog Anak bernama Anna Fox yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) akibat kecelakaan yang menyebabkan suami dan anaknya meninggal dunia yang waktu itu Anna lah yang menyetir mobilnya. Anna menjadi agrophobia, dimana dia merasa cemas luar biasa kalau keluar ruangan/tempat terbuka dan di cerita ini dia cemas dan takut banget kalau keluar rumah.
Anna ikut dalam suatu forum untuk penderita Agrophobia, yaitu Agora, dan dia suka buka konsultasi online gitu buat orang-orang penderita Agrophobia yang yaaaah padahal dia juga begitu. 😐 Dan Anna ini alkoholik abis, mungkin untuk mengatasi rasa PTSD nya dia akan kejadian kecelakaan itu, dia jadi jauuuh lebih banyak konsumsi alkohol. Bahkan dia minum obat dari dokter nya pakai anggur. Heloooow?? Anna sendiri bahkan menjadi salah satu pasien teman psikolognya juga untuk mengatasi gangguan psikologisnya ini.
Anna punya kebiasaan melihat kehidupan para tetangga nya di jendela pakai lensa kamera. Dari perselingkuhan, anak tetangganya yang suka main musik, dan akhirnya dia mendapatkan tetangga baru, keluarga Rusell. Keluarga Rusell terdiri dari Alistair (Suami), Jane (Istri), dan Ethan (Anaknya). Perkenalan keluarga baru ini di awali dengan kedatangan Ethan yang membawa bingkisan ke Anna. Ethan sangat sopan dan baik sekali, sayang dia alergi bulu kucing sedangkan Anna pelihara kucing.
Suatu hari, rumah Anna dilempar telur sama anak-anak iseng gitu lah, dan karena kesal, dia mencoba memberanikan diri untuk keluar, sayangnya dia tetap merasakan rasa cemas luar biasa sampai akhirnya dia pingsan. Dan ditolonglah oleh Jane Rusell. Pertemuannya dengan Jane Rusell pun sangat baik, Jane ramah sekali, ngobrol-ngobrol cantik sama si Anna sambil main catur, bahkan sempat foto matahari petang gitu deh dan gambar sketsa si Anna.
Sampai akhirnya, Anna melihat kejadian dimana Jane meronta-ronta di rumahnya, berlumuran darah, dan ada pisau kecil perak yang menusuk dia. Anna jelas mau nolong, tapi baru keluar rumah dikit, doi ambruk lagi, pingsan. Dan bangun-bangun sudah di rumah sakit. Anna melaporkan apa yang dilihatnya tapi ternyataaaa, jeng-jeng-jeng, Jane Rusell masih ada di rumahnya, baik-baik saja tapiii, dia wanita yang berbeda. Alistair dan Ethan mengakui kalau Jane yang ada saat ini adalah memang Jane, bukan wanita yang pura-pura jadi Jane. Oh ya, saat Anna melihat kejadian Jane terbunuh, Anna dalam kondisi mabuk parah.
Anna berusaha meyakinkan polisi tapi polisi pun juga sangsi sama pernyataan Anna karena yaa orang si Jane ada di rumah dan si Anna juga saat itu dalam kondisi mabuk. Anna berusaha mencari tahu sendiri dan meyakini diri sendiri bahwa yang di rumah itu bukan Jane yang asli, Jane yang asli adalah yang pernah menolong dia, main catur, buat sketsa gambar dia, dan sayangnya, Anna nggak punya bukti apapun tentang pertemuannya dengan Jane kecuali hasil sketsa dan foto matahari petang yang di ambil Jane pakai kamera ponselnya dia. Anna juga menemukan fakta bahwa David, orang yang menyewa ruang bawah tanahnya adalah mantan narapidana dan saat mencoba mencari tahu lebih dalam, Anna menemukan salah satu anting Jane di ruang bawah tanahnya tersebut.
Jadi, Anna halusinasi atau bukan? Kalau bukan, siapa yang bunuh?
***
Review Buku
Aku wah banget sih ketika baca buku ini. Untuk novel debut bertemakan Psycho-Thriller macam gini, ini sudah oke sekali. Dan mungkin memang ketika aku pertama kali beli ini sempat ragu karena tipe-tipe ceritanya yaa macam The Girl on The Train banget kondisi si tokoh utamanya. Apa bakalan lebih baik atau lebih bosenin dibanding itu.
Tapi A.J Finn menampilkan suatu alur yang wah dan membuat ku memaki-maki saking nggak nyangka nya di bab-bab akhir. HAHAHA.
Oke, dari cover, aku nggak nemuin info siapa perancang sampul di novel ini, padahal aku tipe yang kalau review buku suka review juga cover nya. Kenapa? Karena design suatu cover itu nggak mudah. Dia harus bisa merangkum cerita lewat satu halaman gambar. Hebat kan? Makanya aku nggak anggap remeh untuk soal cover.
Untuk cover ini cukup menampilkan "kemisteriusan" dari cerita, tapi agak biasa aja modelnya. Lagian, si Anna ini nggak tinggal di apartemen, tapi tampilan cover versi Indonesia, ini kayak di bangunan apartemen gitu. Aku lebih suka versi yang ini (gambar aku ambil dari www.goodreads.com lagi ya).
Jauh lebih berasa mencekamnya dibanding versi Indonesia.
Lanjut ke penokohan, untuk tokoh-tokoh utama yang menjadi cerita, semua nya pas. Porsinya pas, hanya di awal-awal bab, kemunculan Jane dan Alistair agak terasa lambat sekali nongolnya. A.J Finn juga sempat mengecoh aku dengan menciptakan karakter Anna yang seakan-akan masih lengkap keluarganya, tapi ternyata di pertengahan buku, baru dijelaskan kalau sesungguhnya suami dan anaknya ini sudah meninggal. Karakter Anna yang mengalami PTSD dan agrophobia ini juga tergambarkan dengan baik. Ngeselinnya dapat, tapi setelah tahu apa yang menimpa dia jadi ikut paham kenapa dia bisa begitu. Dan teguhnya dia sih diantara kebimbangannya antara di cap gila dan halusinasi karena kebanyakan mabuk dan menderita kejiwaan itu, tapi dia tetap meyakini dirinya kalau dia melihat pembunuhan dan Jane yang sekarang itu bukan Jane yang asli. Tokoh-tokoh yang lain pun, bahkan si pelaku nya juga karakternya diciptakan dengan sangat apik oleh penulis, betul-betul terasa psikopatnya si pelakunya.
Tema yang diusung masih kriminal dan psycho-thriller ya. Dan seperti yang aku bahas di awal, ini kondisi kejiwaannya tokoh utama sama kayak di novelnya The Girl on The Train. Suka mabuk karena mengalami depresi PTSD. Cuma alasan dibalik terganggunya mereka yang berbeda. Untuk judul juga pas dengan inti cerita. Alur cerita nya campuran, karena ada beberapa bagian yang flashback. Dan cukup unik penempatan flashback nya karena, di awal-awal cerita, penulis seakan-akan memberikan lingkungan keluarga Anna yang buatku kayak Anna ini ditinggal cerai sama suaminya dan anaknya dibawa sama suaminya. Padahal suami dan anaknya sudah meninggal. Dan sengaja tidak disinggung akibat kenapa dia bisa agrophobia padahal dia sendiri psikolog. Makanya terkesan agak lamaaa sekali di awal-awal cerita yang cuma seputar kebiasaan Anna sehari-hari dengan ketakutannya. Baru menuju pertengahan cerita, setelah tahu apa yang menyebabkan Anna menjadi seperti ini dan mulai ada konfliknya, cerita makin terasa seru buatku. Semua tokoh-tokoh yang muncul pas semua untuk dijadikan tersangka, jadi memang penasaran untuk baca lagi sampai habis.
Bahasa dan gaya penulisan juga oke. Penerjemahnya sangat baik dalam menerjemahkan ke bahasa Indonesia. Gaya penulisannya juga bagus, bahkan untuk novel debut, ini oke sekali. Aku bacanya rasanya "pas" antara kalimat-kalimat deskriptif penulis dengan dialog. Ga terlalu memunculkan deskriptif yang "too much ga penting", pokoknya pas. POV yang dipakai juga sudut pandang orang pertama, jadi seakan-akan kayak dengar dia lagi cerita aja, nggak norak pokoknya. Kadang kelemahan POV sudut pandang orang pertama agak rancu dibagian dialog ya, tapi ini nggak terasa sama sekali, entah ya kalau orang lain berpendapat yang berbeda dengan aku.
Ending, ini sih yang bikin aku mencaci maki karena ngerasa keren, bab-bab akhir ketika udah ketauan siapa pelakunya, orang yang persentase nya kecil untuk kubayangkan jadi pelakunya, justru dia yang ngelakuin. Nah, ini aku agak kasih poin yang turun sedikit ya. Kenapa? Memang ini plot twist banget, banget dalam artian, di bab-bab akhir kalian bakal nemuin plot twist yang terus-terusan.
Aku nggak nyangka bakalan orang ini pelakunya, tapi, why? Alasan yang disampaikan si pelaku ketika membuka semua ceritanya ke Anna ada yang masuk akal dan ada yang buat ku, "apa sih, se-oke apa lu sampai disukain sama teman xxx tapi merasa dipecundangi? (sensor biar ga spoiler) Dan apa hubungannya?" Sori, entah gue yang masih nggak mudeng, atau gimana, pokoknya untuk alasan yang itu buatku nggak terlalu ngena banget. Tapi asli, cara si pelaku yang diam-diam sampai suka masuk ke rumah Anna, fotoin Anna, apalah itu, bener-bener psikopat, dan penulis cerdas sekali, baru di singkap semua di bab-bab akhir. BOOOFF. Keren. Tapiii, lagi-lagi setelah tahu akhirnya seperti apa, gue jadi merasa, ih cemen banget deh ini orang-orang semuanya, masa kalah sama pelakunya? Lagi-lagi tapi, yaa namanya psikopat yaaa apa aja bisa dilakuin sama dia biar puas. Kali aja orang-orang disekitarnya, yang emang tahu perbuatannya, yaa emang takut. Jadi ikutan nutupin perbuatan yang sudah dilakuin si pelaku.
Oke, jadi buat aku, poin nya, hmmm, 8.8 untuk novel ini, aku suka banget plot twist yang terus-terusan kayak gini, jadi rasanya mau maki-maki terus pas baca, "sh*t, gilaaa, jadi gitu? Gila banget ini sih, psycho banget.." and blablabla kayak gitu. Pantes sih kalau Stephen King kasih komen di cover "unputdownable" atau bahkan Gillian Flynn juga komen "Astounding, Thrilling, Amazing". Tadinya mau poin 9, tapi ending yang betul-betul bab terakhir entah aku justru kayak ngerasa hampa dan bengong. Entah kalau pembaca yang lain ya. Jadi, sori to say buat The Girl on The Train, ini jauh lebih oke.
Btw, aku sempet seraching di google, A.J Finn ini bipolar ya?
CMIIW dan kasih aku info lebih kalau ada yang tau. Karena, yaaa emang ini untuk ukuran debut dan mengusung psycho-thriller bagus banget malah. Mungkin dia memang bisa mendalami dari sisi kejiwaan, karena Anna ini oke banget penggambaran dia yang PTSD dan agrophobia nya. Dan si pelaku emang betulan psikopat abis, bukan banyak ke sadis, tapi justru cara-cara dia sebelum melakukan kejahatan utamanya itu psikopat banget. Hebat sih.
Sip.
Selamat menikmati buku.
Selamat menemukan hal-hal baru. 😉
No comments:
Post a Comment