Tuesday, January 7, 2020

(FILM) Kim Ji Young Born 1982




Bulan yang lalu aku nonton film ini dan mungkin beberapa orang (terutama) yang sudah merasakan menjadi seorang ibu akan merasakan hal yang serupa seperti Kim Ji Young.

Film ini based dari novel best seller tapi juga kontroversial di Korea Selatan, dengan judul yang sama, karangan penulis Cho Nam Joo. Kontroversial karena dianggap memiliki pesan feminisme di dalam buku dan sudah pasti di film nya.

Secara garis besar selama aku nonton film ini, aku dapat pesan yang disampaikan. Tapi mungkin dari beberapa hal yang mungkin ga sampai di otak bego ku ini, jadi aku memberikan nilai 4,2 deh ya dari 5 bintang.

Kita review sama-sama ya.

***

Judul Film : Kim Ji-Young Born 1982
Aktor : Jung Yoo-Mi, Gong Yoo, Kim Mi-Kyung, Park Sung-Yun
Director : Kim Do-Young
Tanggal Release Film : 20 November 2019

Ini kisah tentang seorang istri dan ibu bernama Kim Ji-Young. Dulu dia mempunyai cita-cita bisa pergi ke beberapa negara, hidup sebagai wanita dengan karir yang baik, sekolah dengan baik, sekaligus menjadi ibu dan istri yang baik. Namun ketika dia hamil, Kim Ji-Young harus merelakan untuk resign dari tempat kerjanya dan menjadi ibu rumah tangga.

Aktivitas nya sehari-hari menjadi rutinitas yang mungkin membuat dia merasa jenuh dan sangat menginginkan kembali ke kehidupannya yang lalu, dimana dia bisa bebas mengeksplore kemampuan diri dan otaknya yang cerdas, namun yang dihadapi olehnya kini mengurus anaknya yang masih batita dengan segala pekerjaan rumah tangga lainnya.

Ditambah dengan kultur di Korea Selatan yang menganggap bahwa seorang wanita ketika kelak sudah menjadi seorang ibu, ya harus di rumah. Ketika seorang ibu melahirkan bayi perempuan, terasa sekali seakan-akan mereka melahirkan jiwa yang sia-sia. Karena masa depan seorang wanita yaaa diharuskan menjadi seperti itu. Menjadi ibu dan istri, mengurus rumah dengan baik. Tidak perlu bekerja. Kalaupun nekat bekerja, ga akan mudah jalannya untuk menduduki posisi yang lebih tinggi. Karena disana menganggap, yang pantas memimpin segala sesuatunya adalah pria.

Ditambah ternyata Kim Ji-Young mengalama depresi pasca melahirkan yang mengakibatkan dia suka menjadi diri lain yang berbeda dengan dirinya ketika tidak sengaja berbicara dengan orang lain. Ya, melahirkan untuk pertama kali nya memang nggak mudah. Aku juga ngerasain soalnya. Hahaha.

Oke, kita mulai review nya ya.

Kebetulan aku belum pernah baca bukunya, tapi beberapa saat sebelum nonton film ini, aku sempat buka-buka trailer di youtube dan ada salah satu akun di kolom comment yang bilang, lebih baik nonton dulu baru baca buku nya. Karena akan lebih kerasa "dark" nya ketika kita baca bukunya. Tapi sayangnya, aku pribadi nggak terlalu suka baca buku di lanjutkan dengan nonton film, atau sebaliknya. Suka nggak sesuai ekspektasi. Jadi kalau aku udah baca bukunya duluan, aku prefer nggak nonton filmnya sih. HAHAHA.

Dan apakah aku nggak akan baca bukunya? Belum tentu juga sih. Tapi sebagian besar begitu. Tapi aku film Crazy Rich Asian beli buku dan nonton filmnya kok. Karena kebetulan pas nonton film aku kayak nggak puas gitu nonton nya, jadi penasaran beli bukunya.

Dari akting para aktor, nggak usah diragukan lagi sih ya. Sekelas Gong Yoo dan Jung Yoo-Mi mah udah beda. Feel dari Jung Yoo-Mi memerankan Kim Ji Young pun ngena sekali, peran Gong Yoo sebagai suaminya juga sangat care sekali tapi juga sisi ke-pria-an dia yang tidak paham dengan wanita seratus persen juga oke banget. Dan aku suka banget anaknya Kim Ji-Young, cute banget. HAHA.

Yang jadi mertuanya Kim Ji-Young pun feelnya dapet. Ngeselin ala-ala mertua nya kena. HAHAHA. Yaaa bayangin aja, menantu kena depresi pasca melahirkan, dia bilangnya "lagi ga normal". Yaa bener sih istilahnya, tapi kalau aku yang digituin sih yaa gedek aja disebutnya begitu. Hahaha. Yaaa namanya juga cewek yaa. But, aku suka peran dari Gong Yoo yang betul-betul sesungguhnya sangat tidak mau istrinya kenapa-kenapa.

Penokohan juga bagus. Kupikir Kim Ji Young ini akan betul-betul merasakan depresi berat kayak dorama A House on The Slope/Saka no Tochu no Ie (karena kan gue belum baca buku nya yes), tapi ternyata lebih ke depresi kayak berubah menjadi sosok tertentu yang berbicara sesuai dengan isi hatinya dia dan itu sesekali, lebih cenderung murung dan termenung gitu. Gue ga tau gangguan psikologis macam apa ini, yang pasti masuk ke Post Partum Depression juga.

Genre tentang kehidupan ya. Tema yang ingin disampaikan pun sebetulnya seperti menyuarakan isi perasaan dari sisi wanita. Dimana wanita terkesan yaa lo kalau udah menikah, kerjaan lu rumah tangga is first. Ngapain ngejar pendidikan atau pekerjaan segala? Jadi terkesan, wanita itu nggak perlu punya cita-cita tinggi. Dan yaaa, mungkin di Korea Selatan seperti itu kondisinya, sehingga film atau bukunya jadi kontroversi. Tapi di Indonesia ini sendiri sebetulnya terkadang juga kita temui di beberapa kondisional.

Gong Yoo sebagai suami pun juga care sekali, jadi aku merasa, "apa titik terberat dari kisah Kim Ji Young ini? Persoalan budaya saja kah?" Nggak budaya doang juga sih, i know menjadi seorang istri dan ibu itu tidak semudah yang dibayangkan. Tapi memiliki suami macam Gong Yoo (terlepas dari konteks tampang yaaa. WKWKWKWKWK) perhatiannya terhadap sang istri di kisah itu sudah sangat luar biasa. Di kisah juga dia menitipkan baby nya di day care. Sorry gue agak membandingkan dengan ibu-ibu di Indonesia, yang kayaknya masih banyak di sini mengasuh bayi full seharian di rumah. Yaa paling dibantu-bantu bibik buat pekerjaan rumah.

Jadi serumit itukah Kim Ji Young? Di awal-awal film mungkin aku menganggap hal-hal kayak gitu pas nonton. Tapi setelah kupikir-pikir lagi, hei, aku pun sering sekali termenung lihat jendela luar setiap lagi nyuci piring (dapurku jendela nya langsung menghadap teras rumah), nggak tahu kenapa. Termenung aja. Atau ketika teman-temanku sudah sukses karirnya sedang melihat diriku yang masih gini-gini aja, terkadang juga terbersit ingin bisa kayak dia. Atau lihat teman tiba-tiba sudah wisuda S2 sedang aku mikir mau lanjut kuliah tapi biaya nya memprioritaskan keperluan untuk baby dulu, someday aku berpikir, "siapa yang egois? aku atau lingkunganku?"

This is point, beban yang dirasakan Kim Ji Young mungkin adalah sosok pribadinya. Pribadi nya yang memang dari kecil sudah punya cita-cita yang besar, ingin bisa punya kemandirian dari segi finansial, dan mungkin mendobrak budaya sana yang menganggap kalau anak yang lahir adalah anak perempuan itu kurang memberikan keuntungan, dan tiba-tiba dia merasakan hal yang nggak ingin dia rasakan dan ga bisa dia ubah, yaa jadinya depresi.

Satu-satunya cara memang adalah menerima. Menerima kalau fitrah wanita yaa kelak akan menjadi istri dan ibu (kalau memang mau menikah). Pilihan mengejar karir, pendidikan dan apapun pun, wanita tetap akan dituntut posisinya sebagai istri dan ibu.

Scene nya bagus sekali, adegan yang ditampilkan runtut, cara untuk flashback juga oke. Cuma aku rada sedikit bingung di part pas Kim Ji Young dapat kerja pertama kali, awalnya bapaknya kan kayak ga peduli gitu pas dia cerita lagi nyoba daftar kerja. Pas dapat telpon kalau Kim Ji Young keterima kerja, eh bapaknya ikutan senang. Ku pikir, bapaknya sudah bisa menerima bahwa anak -baik perempuan atau laki-laki- tetap sama rezeki nya. Tapi ternyata sedikit mengecewakan, ketika ibu Kim Ji Young yang marah-marah setelah tahu anaknya depresi dan melihat suaminya pulang membawa oleh-oleh untuk anaknya yang laki-laki saja.

So, aku berpikir, apakah bapaknya mengharap materi dari semua anaknya kah atau gimana sih? Geregetan yes jadinya. Tapi aku suka part ketika adiknya bawa roti isi ke Kim Ji Young, dan dia nanya ke ayahnya kesukaan kakaknya roti isi apa, dan ternyata jawaban ayahnya justru roti isi kesukaan adiknya itu sendiri. Dan disitu adiknya kayak paham kalau ayahnya pun sampai ga tahu kesukaan anak perempuan nya apa, saking nggak terlalu pedulinya sama kakaknya sendiri. Terus dia meluk Kim Ji Young dan disitu aku nyes sekali rasanya. Feel nya dapat sih menurutku.

Eh, iya. Aku juga keluar air mata ketika part ibunya mulai tahu kalau Kim Ji Young depresi dan pas banget Kim Ji Young berubah menjadi sosok yang berbeda dan berbicara dengan ibunya. Disitu ibunya meluk Kim Ji Young uuuuh ngena banget deh. Keren banget aktingnya.

Satu lagi yang feel nya ngena adalah part dimana akhirnya Kim Ji Young berani "bersuara". Ketika dia di kafe dan pesan kopi, tapi anaknya mulai ngamuk, orang-orang mulai kasak kusuk ngomongin dia, ditambah gelas kopinya jatuh dan orang-orang makin ngomongin dia, sampai ada yang terdengar oleh Kim Ji Young dengan bilang, "Kenapa dia ga minum kopi di rumah saja sih?"

Di situ aku rasanya bangga sekali dengan Kim Ji Young. Ya, mungkin pendapat orang ketika melihat seorang ibu berpergian dengan anaknya dan sering kali anaknya ngamuk di jalan karena bosan atau lain hal, dan mulai menggunjingkan si ibu seakan-akan anaknya yang merengek itu mengganggu kedamaian hari mereka, inilah empati. Seorang ibu tetaplah manusia. Cobalah kalian merasakan diam di rumah terus menerus tanpa merasakan bagaimana nikmatnya hawa di luar rumah. Seorang ibu juga berhak mendapatkan kenyamanan hidup, merasakan nikmatnya kopi langsung dibuat di kafe, meminumnya sambil jalan mendorong kereta dorong anaknya, menikmati kanan-kiri sekitarnya. Apakah itu dilarang?

So, Kim Ji Young menyadarkanku -sebagai istri dan ibu- bahwa, seorang ibu berhak bahagia. Dengan cara apapun. Dan Kim Ji Young mungkin di akhir cerita memilih menulis cerita hidupnya sebagai suatu yang dia anggap kegiatan "produktif" nya selain kerjaan rumah tangga. Seandainya orang-orang Korea yang protes film dan buku ini hanya karena memandang patrilialis nya mereka, hmm, semoga mereka menemukan "inti" dari filmnya, bahwa, no, bukan. Bukan wanita ingin disetarakan dengan laki-laki dalam hal finansial atau lebih unggul dalam karir dan pendidikan, tapi ini perihal wanita juga berhak melakukan apa yang mereka suka. Sama berhak nya dengan laki-laki.

Ah, terima kasih Kim Ji Young, aku cukup mendapat ibrah dari film mu. Poin kurangku paling cuma yaaa aku penasaran aja mertua nya gimana, bapaknya gimana ketika mengetahui Kim Ji Young depresi, mereka kayak ga ada andil. WKWKWK. Maksa ya. Tapi kayak ada yang kurang aja rasanya.

See you.
Selamat menikmati film.
Selamat menemukan hal-hal yang menganggumkan.