Tuesday, December 12, 2017

Finding Audrey (Sophie Kinsella)


Finding Audrey - Sophie Kinsella



"Aku merasa seperti lambat laun keluar dari kabut dan menyadari hal-hal yang sebelumnya tak ku ketahui. Ucapan Dr. Sarah benar : semasa sakit, kau jadi terobsesi pada diri sendiri. Kau tak bisa melihat apapun di sekitarmu. Tapi kini aku mulai melihat sesuatu" (Hal. 222)

Sejauh ini, baca novel-novelnya Sophie Kinsella cuma yg series nya Shopaholic. Dan emang aku pribadi suka sama novel seriesnya itu. Kali ini, dia buat genre yang agak lebih ringan dan teenlit. Kayaknya poin ku 8 dari 10.


***

Simpel Sinopsis

Dikisahkan tentang Audrey yang memiliki masalah psikologis gangguan kecemasan sama orang lain. Akibatnya dia selalu pakai kacamata hitam biar tidak berkontak mata dengan orang lain dan sebisa mungkin di rumah terus. Ini sudah terjadi selama beberapa bulan karena suatu kejadian yang menimpa dia karena di bully di sekolah yang lama. Dan sekarang Audrey mencoba untuk pindah sekolah dan mulai masuk nanti di tahun berikutnya.

Audrey dibantu psikolog yang bernama Dr. Sarah, dan disalah satu sesi pertemuannya, Sarah menyuruh Audrey untuk mencoba membuat film tentang apapun dimana Audrey membuat film tentang keseharian keluarganya.

Audrey anak kedua dari 3 bersaudara. Ayahnya seorang akuntan dan ibunya dulu sempat menjadi marketing yang sukses tapi semenjak Audrey mengalami masalah ini, dia berhenti bekerja. Kakaknya, Frank, kecanduan game online. Ibunya ini juga fanatik banget sama Daily Mail, jadi setiap ada artikel yang dia baca disitu, kayak langsung percaya 100%. Adiknya, Felix ini masih kecil dan diceritakan lucu banget tingkahnya (seriously, aku pengen banget punya adik lagi kayak Felix ini).


Nah, kebiasaan ibunya yang percaya banget sama artikel berita di Daily Mail, berdampak sama Frank. Ibunya percaya kalau anak kecanduan game online itu sangat membahayakan. Akibatnya, ibunya melarang habis-habisan Frank untuk bermain game online lagi, bahkan sampai melempar komputer lewat jendela rumahnya, cabutin kabel data internet nya, betul-betul dilarang deh. Frank ini punya teman main game online nya sekaligus satu sekolahan juga, namanya Linus. Awal ketemu Linus pun nggak sengaja ketemu Audrey di rumah dan Audrey langsung gelagapan gitu kayak psikisnya kambuh. 

Yaaa, seiring berjalannya waktu, Linus ini tahu permasalahan Audrey dari Frank juga tentu nya. Tapi dia justru berusaha mendekatkan diri dengan Audrey dan membantu sedikit demi sedikit ketakutan-ketakutan Audrey selama ini. Sampai akhirnya mereka juga saling suka.

Jadi, apakah Audrey berhasil sembuh?
Dan apakah Frank selamanya dilarang main game online sama ibunya?

***

Alasan kenapa 8 dari 10?

Pertama, ini mungkin novel Sophie Kinsella dengan genre berbeda yang pertama kali aku baca. Sebelum-sebelumnya aku udah banyak ngikutin novel serial Sophaholic nya dan jelas ada perbedaan dari segi penulisan, tokoh, alur, meskipun masih sama-sama menitikberatkan kelainan psikologis yang mungkin secara pikiran kita kayaknya nggak mungkin ada, tapi padahal ada. Kayak di serial Sophaholic dengan Becky Bloomwood yang punya kelainan doyan banget belanja sampai kartu kredit punya dia limit nya udah ga tertanggungkan lagi. Dan di novel ini, Audrey juga dikisahkan punya efek kecemasan yang berlebihan akibat di bully oleh temannya.

Ada nggak sih psikis yang kayak Audrey gitu? Entah sih ya, aku belum pernah lihat, atau ada literatur lainnya. Tapi secara teori ada yang namanya Anthrophobia dimana orang yang terkena gangguan psikis ini takut untuk berinteraksi sosial. Efeknya macam-macam tapi yang pasti jadi kayak cemas yang amat sangat ketika berhadapan dengan orang lain. 

Hahaha. Ini aku juga tahu gara-gara nonton drama korea yang judulnya Heart to Heart dimana si tokoh utama punya gangguan psikis Anthrophobia ini. Kalau ketemu orang, wajahnya langsung berubah merah dan cemas luar biasa. Kalau ada yang tertarik, coba aja nonton. 

Sayangnya di novel ini, Sophie Kinsella nggak menjelaskan gangguan kecemasan Audrey ini apakah sama kayak Anthrophobia atau nggak. Dan sayangnya lagi, Audrey hanya diceritakan kena bully di sekolahnya oleh teman-temannya. Tapi bully yang seperti apa, karena hal apa yang sampai bisa membuat Audrey seperti itu, tidak diceritakan. Jadi buat aku ini agak menimbulkan pertanyaan. Aku kira mungkin bakal dijelasin di akhir-akhir sama penulisnya. Tapi nggak tuh, cuma sebatas temannya yang dulu akrab dan nggak bisa bantuin Audrey pas dibully itu minta maaf ke Audrey sama ketika orang tua dan murid yang jadi pembully Audrey mau minta maaf ke Audrey. Dan itu nggak dijelasin kenapa alasannya.

Untuk alur nggak ada masalah, cuma yaa itu tadi, poin alasan kenapa Audrey bisa sampai begitu yang nggak diceritakan. 

Penokohan, semuanya oke. Nggak ada yang menyebalkan ataupun tampak menonjol di cerita. Tapi mungkin porsi dalam menempatkan tokoh Audrey yang aku rasa malah nggak jadi central di novel ini. Aku malah ngerasa, lebih banyak menitikberatkan Frank dengan konfliknya terhadap ibunya akibat persoalan main game online ini. Tapi untung aja, sudut pandang cerita ada di Audrey, jadi mungkin agak tertutupi.

Gaya bahasa juga enak-enak aja menurutku. Jelas berbeda ketika baca novel serial Shopaholic (yaaa genre nya aja berbeda), tapi terkadang Sophie Kinsella tetap menyempilkan kata-kata sarkasme dengan versi sopan di bagian percakapan Audrey, kayak yang biasa ditemui di percakapannya Becky Bloomwood.

Ending nya yaaa happy ending lah dan buat aku sih puas-puas aja baca endingnya. 

Ada poin plus dari aku, karena rasa-rasanya Sophie Kinsella ini nggak mau gitu aja membuat novel dengan genre seperti ini, dan aku ngerasanya memang ada pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Bahwa ini bukan cuma sekedar bagaimana seseorang yang akibat trauma sampai psikisnya terganggu bisa menyembuhkan dirinya sendiri tapi juga tentang keluarga dan orang-orang sekitarnya. Ya, aku sendiri baca novel ini rasanya kayak ada kehangatan tersendiri, dimana keluarga Audrey nggak ada satupun yang "mengecilkan" Audrey tapi justru saling menguatkan Audrey. Biarpun rumah nya ramai dengan masalah ibunya dengan Frank tapi mereka tetap kayak keluarga yang hangat dan buat aku senyum-senyum sendiri ketika bacanya.

Oke.
Selamat menikmati buku.
Selamat menemukan hal-hal baru. 😉

No comments:

Post a Comment