Royal Wedding - Meg Cabot |
"Tetapi, aku harus menulis ini, karena - seperti diingatkan Olivia padaku hari ini - kadang-kadang jika kita kewalahan, satu-satunya cara memahami hal yang terjadi adalah dengan menulis semuanya" (The Royal Wedding, Hal. 332)
Kayaknya udah lama banget nggak baca serial Princess Diaries nya Putri Mia Thermopolis karena sejujurnya, aku mengenal Princess Diary semenjak aku SMP sampai filmnya dan akhirnya sempat tak ada kabar lagi hingga muncul buku barunya "Royal Wedding" ini.
Sebetulnya ini nggak baru. Ini terbit tahun 2015, tapi aku baru baca di tahun 2018 ini dan cukup menyenangkan sekali bisa sekaligus mengenang kembali tokoh-tokoh lama yang tiba-tiba muncul kembali.
Poin untuk buku ini 8,2 dari 10.
Simpel Sinopsis
Kali ini kisah Putri Mia saat menginjak usia 26 tahun. Mia yang sudah dewasa. pemikirannya pun jauh lebih dewasa sekaligus mengikuti zaman juga. Zaman nya sebagai Publik Figur, pasti peduli dengan apa yang dibicarakan atau diberitakan oleh media. Dan begitulah Putri Mia, dia juga sibuk memeriksa setiap harinya berita-berita mengenai dirinya maupun Kerajaan Genovia, apakah kabar bagus atau tidak. Dia bahkan harus menghadapi penguntit media yang selalu menuliskan hal-hal jelek tentang nya, RoyalRabbleRouser. Mia bahkan harus pindah apartemen gara-gara ini.
Tantangan yang dihadapi Mia tidak hanya itu, ternyata ayahnya, Pangeran Phillip Renaldo, mempunyai suatu rahasia yang baru Mia ketahui selama ini. Itu pun berkat dia yang tidak sengaja melihat berkas-berkas neneknya yang tergeletak begitu saja. Ternyata ayahnya setiap bulan mengirimkan sejumlah uang ke seseorang kemudian diteliti dan dicari tahu oleh neneknya sehingga diketahuilah bahwa ada seorang anak lain yang dibiayai oleh ayahnya Mia. Penyelidikan berlanjut dan fix bahwa anak itu adalah anak kandung dari ayahnya.
Mia menghadapi ini bukan justru merasa kesal karena ada orang baru di keluarga nya atau merasa khawatir dengan tahta nya menjadi putri, tapi justru sangat menginginkan anak ini agar bisa bergabung dengan nya menjadi bagian keluarga Renaldo. Mia menganggap bahwa sudah cukup selama ini, anak itu hidup dengan apa adanya, dan sekarang waktu nya dia bisa merasakan hidup dan memang sudah semestinya di lingkungan kerajaan.
Perjalanan menemukan anak itu, yang bernama Olivia Grace Clarisse Harrison tidak lah mudah. Apalagi setelah Mia menemukannya dan mengetahui bahwa sehari-hari Olivia ini seperti tidak diurus oleh Bibi dan Pamannya serta mendapat perlakuan yang tidak begitu mengenakan di sekolahnya, membuat Mia semakin menginginkan Olivia agar selamanya tinggal bersama dia.
Permasalahan Mia tidak hanya itu juga, Mia juga menghadapi persoalan dengan Michael, pacarnya. Sepele sih sebetulnya, bukan berantem. Mia merasa Michael jadi terlalu sibuk dengan bisnis medis nya begitu juga dia sebagai seorang Putri, sehingga waktu untuk mereka berdua semakin berkurang. Mia, yang memang pada dasarnya tipe orang yang juga suka berimajinasi, jadi membayangkan hal-hal yang nggak enak tentang Michael.
Tapi akhirnya, Michael berhasil mengosongkan waktu selama seminggu bersama Mia untuk menghabiskan libur berdua di Kepulauan Karibia, dan tanpa Mia ketahui, Michael sekaligus melamar Mia disana. Sayangnya, neneknya ini kepo banget dan memang ada dari pengawal kerajaan yang tetap mengawal liburannya Mia dan Michael (meski ngawalnya nggak terang-terangan), tapi si nenek turut mendengar kabar Michael melamar Mia dan dia langsung menginformasikan ke seluruh dunia bahwa Putri Mia akan menikah beberapa bulan lagi.
Apakah Mia dan Michael akhirnya menikah? Bagaimana nasib Olivia dan ayahnya Mia? Dan adakah masalah lain yang dihadapi Mia selain ini?
Alasan 8.2 dari 10
Aku baca buku ini betul-betul sambil mengenang kembali, bagaimana dulu aku suka banget baca Princess Diaries, jadi yaa asyik aja.
Tapiii, antara mengenang Princess Diary yang dulu dengan sekarang, rasanya yang sekarang kisahnya jauuuh berbeda.
Tapiii, antara mengenang Princess Diary yang dulu dengan sekarang, rasanya yang sekarang kisahnya jauuuh berbeda.
Oke baiklah, kita bahas satu-satu.
Setelah, berapa tahun sih nggak ada nih series? Pokoknya lama lah yaaa. Aku baca bukunya jaman-jaman SMP awal dan film nya juga baru muncul pas aku masih sekitaran SMP akhir atau SMA awal lah. Pastinya kangen sekali dengan sosok-sosok Mia Thermapolis, Michael Moscovitz, Lily Moscovitz, Tina Hakim Baba, Neneknya, Ayahnya, Ibunya dan semuanya.
Oke, dari cover buatan Gramedia Pustaka Utama ini, mungkin agak lebih elegan dibanding sebelum-sebelumnya. Yang dulu covernya lebih ke penggambaran tokoh Mia, sekarang lebih general. Tapi lebih bagus sih kalau menurut aku, soalnya ini jadi wah aja dilihat. Covernya juga simpel, tapi cute, karena warna pink-pink gitu tambah gambar tiara kecil di sampingnya. Sekilas aku malah jadi flashback kayak cover albumnya Girl's Generation pertama kali (BAHAHAHA).
Maksa sih pikiran aku. HAHAHA.
Kedua, tema dan alur. Untuk tema sendiri pun masih romantis-comedy ya. Tapi berhubung Mia kini sudah jadi putri dan diceritakan usianya juga sudah 26 tahun, ada kisah-kisah tentang bagaimana dia mulai mengambil keputusan tentang persoalan negara nya, Genovia. Terus juga bagaimana dia melakukan kegiatan sosialnya, interaksi politiknya dia lah pokoknya, tapi tetap dengan gaya Mia yang selebor, lucu, tapi hasil akhirnya justru nggak jelek-jelek banget. Disini juga diceritakan tentang saat-saat dimana Michael mulai melamar Mia (akhirnya) dan merencanakan pernikahan bersama-sama. Terus munculnya adik yang sebelum-sebelumnya Mia sama sekali ga tau, namanya Olivia, ternyata ayahnya punya anak dari wanita lain, tapi sayang sudah meninggal. Adiknya ini ditinggal sama paman-bibinya yang memanfaatkan kiriman uang dari ayahnya, di sekolahnya juga suka dibully teman-temannya, dan bagaimana Mia berusaha keras supaya hak asuh adiknya ini bisa ke dia biar adiknya bisa tinggal sama dia di istana. Terus juga tentang ayahnya yang bersaing untuk jadi perdana menteri melawan pamannya Mia sendiri. Sekilas, banyak banget kejadian yang Mia alami, tapi tetap dengan gaya Mia yang slow, lucu, semua bisa terlewati begitu saja.
Alurnya pun masih alur maju, dan tidak membosankan. Entah karena kita kangen juga dengan kisah Mia kali ya.
Ada kurangnya. Karena judulnya The Royal Wedding, tapi aku ngerasa, part "Royal Wedding" nya ini minim sekali. Justru lebih terasa mengutamakan pertemuan Mia dengan adik tirinya yang nggak pernah ketemu itu, si Olivia. Sampai akhir kisah pun, hanya sebatas ala kadarnya aja. Kisah tentang persiapan pernikahan mereka pun juga yaaa gitu doang. Jadi esensi antara judul sama yang diceritakan kurang terasa.
Tapiii, yaaa gitu. I need something yang bikin deg-degan, yang bikin nyeesss, serius lho, dulu baca Princess Diary berasa ngarep banget bisa merasakan hal-hal seru macam Putri Mia ini. But, nooooww, entah karena menceritakan dia di usia 26 tahun atau gimana, ceritanya pun juga jadi nya terasa lebih "dewasa".
Tapiii, yaaa gitu. I need something yang bikin deg-degan, yang bikin nyeesss, serius lho, dulu baca Princess Diary berasa ngarep banget bisa merasakan hal-hal seru macam Putri Mia ini. But, nooooww, entah karena menceritakan dia di usia 26 tahun atau gimana, ceritanya pun juga jadi nya terasa lebih "dewasa".
Ketiga, Bahasa. Karena masih tetap mengusung "diary" nya Mia, jadi gaya penulisannya pun masih sama kayak kita lagi nulis buku harian. Kadang juga diselipin teks-teks sms atau email antara Mia dengan teman-temannya, artikel-artikel, atau bahkan undangan pernikahannya dia juga ada. Hal ini juga yang jadi awal mula (mungkin) kembalinya Princess Diary, karena diawal cerita, Mia ini kayak ke dokter ngeluh kayak suka kedutan matanya, dan dokter bilang mungkin dia kena stress, makanya mungkin lebih baik kalau dia menulis diary biar beban-beban pikirannya hilang. Gaya bahasa masih sama seperti buku-buku princess diary sebelum-sebelumnya, tapi seiring Mia yang sudah dewasa yaaa ada part-part yang dia menceritakan kisahnya yang cukup "dewasa" sih.
Keempat, Penokohan. Kembali lagi, karena kita kayak flashback sama tokoh-tokoh yang emang sudah ada di buku-buku sebelumnya, Meg Cabot juga secara garis besar nggak menghilangkan karakter mereka semua. Keterkaitan antar tokoh utama dengan tokoh-tokoh pelengkap pun juga masih bagus. Nggak ada yang berubah. Bagaimanan cangak nya Lili Moscovitz dan Tina Hakim Baba (aku suka mereka berdua, seru banget kayaknya jadi orang dengan pola pikir selengean kayak gitu), neneknya yang masih tetap ngeselin, tapi aku rada kurang dengan Michael Moscovitz, berasa minim aja kisah dia disini, meskipun pada akhirnya dia diceritakan melamar Mia. Dia terkesan kaku dan cuek di awal, meski di ceritakan juga karena dia ada masalah sama perusahaan obat nya gitu lah, tapi kalau dulu penggambaran Michael ini betul-betul menyeimbangi Mia, disini terkesan hambar aja. Entah mungkin mengikuti perkembangan kisah yang ceritanya sudah berusia dewasa kali ya.
Ayah tiri Mia yang guru matematika juga diceritakan meninggal. Jadi ibunya sekarang kembali tinggal sendirian bareng adik tiri nya. Tapi nanti di akhir-akhir, ayahnya Mia malah kayak ngedeketin ibunya lagi. CLBK gitu lah. Oh ya, aku juga ngerasa kurang sreg dengan ayahnya Mia, berasa makin lemah dan cemen banget di buku ini. Geregetan banget. Agak tertolong dengan karakter adiknya yang baru, Olivia. Meski part dimana dia menunjukan diri nya (apa ya bahasa nya? Part dimana dia kayak bercakap-cakap dengan tokoh lain gitu lah) belum terlalu menonjol dan banyak, tapi overall kemunculannya justru jadi hal yang "baru".
Kelima, Ending. Karena kisahnya pun juga model diary kehidupan sehari-hari, maka endingnya pun yaa bablas selesai gitu aja semua permasalahan. Nggak ada hal yang mengejutkan. Oh ya ada sih, kenyataan ketika ternyata Mia mengalami hal-hal yang jadi suka makan dan ngemil, cepat lelah, ternyata dia hamil. Yang sebetulnya aku nggak kebayang banget sih, kalau dari diary nya Mia mungkin memang itu hamil, tapi dia sendiri juga menceritakan Michael yang agak lebih sibuk dengan perusahaannya, waktu intensitas pertemuannya mereka pun jauh lebih berkurang. Makanya agak janggal-janggal dikit. Tapi namanya cerita fiksi yaaa, apa aja juga bisa dikarang. Tapi memang dari buku-buku sebelumnya ditambah genre nya pun yang seperti itu, ending yang ditampilkan sudah cukup memuaskan rasa kangen aku sama kisahnya Putri Mia.
"Dan mendadak kesadaran menghantamku - lebih kuat daripada pemberitahuan Dr. Delgado beberapa jam sebelumnya - bahwa inilah tujuan pelajaran keputrian nenek ku selama ini, betapa pun membosankannya. Bukan untuk berdiri tegak, atau memakai garpu yang benar, tetapi mempersiapkanku menghadapi dunia nyata. Dunia yang indah, menakjubkan, tetapi terkadang menjijikan dan bahkan mengerikan, tempat banyak orang sangat sopan dan beritikad baik, namun terkadang ada juga yang hendak mencoba menggunakan kita, atau bahkan menyalahgunakan kita, dan saat hal itu terjadi, kita tidak bisa setiap saat mengandalkan pengawal pribadi - atau orangtua- untuk menyelamatkan kita" (The Royal Wedding, Hal. 358)
Oke. Sekian review buku The Royal Wedding dari Meg Cabot.
Maaf kalau-kalau pemikiran akan review aku dengan kalian ada yang berbeda.
Kurangnya yaa itu sih, judul sama part utama di kisahnya nggak sesuai banget. Ditambah rasanya permasalahan yang Mia hadapi kali ini full banget tapi Mia bisa sekeren itu semua terselesaikan begitu saja.
Kurangnya yaa itu sih, judul sama part utama di kisahnya nggak sesuai banget. Ditambah rasanya permasalahan yang Mia hadapi kali ini full banget tapi Mia bisa sekeren itu semua terselesaikan begitu saja.
Jangan bosan baca buku ya.
Selamat menikmati buku.
Selamat menemukan hal-hal baru. 😊
No comments:
Post a Comment