Monday, August 7, 2017

In The Dark - Dark Wood (Ruth Ware)

In A Dark, Dark Wood - Ruth Ware

Hola!!!

Kali ini aku mau bahas buku In The Dark - Dark Wood karya Ruth Ware terbitan Bentang Pustaka.
Rate versi ku : 8.2 dari 10.

Tadinya mau 8.5, tapiiii berhubung di tengah bacaan, aku ngeh part yg bikin aku yakin pelaku sebenarnya adalah si X, jadi ga surprise lagi.


***

Pertama, alasan kenapa aku tertarik beli dan baca buku ini karena ada tulisan "The New York Times Bestselling Novel". I always ngebet pengen beli setiap buku yang ada keterangan semacam kayak begitu. Atau kayak "International Best Seller" dan blablabla. Daya tarik tersendiri sih. Buatku, kalau buku ini udah ada predikat kayak begitu, pasti ada nilai "plus" tersendiri dari si buku ini. Meksipun nggak semuanya juga sih ya.

Berhubung aku doyan genre psiko-thriller, liat buku ini dengan caption "...akan menggugah fans Gone Girl dan Girl On The Train", dan bandingin antara novel-novel tersebut, yaaa.. Emang nggak jauh beda konsep psikologisnya. Sama-sama hilang ingatan.

Dan apakah buku In The Dark-Dark Wood nya Ruth Ware sukses bikin aku merasakan hal yang sama ketika baca buku Girl on The Train dan Gone Girl?

Simpel Sinopsis :

Kisahnya bermula dari seorang cewek bernama Leonora, seorang penulis buku bergenre Thriller juga. Nora ini tiba-tiba mendapat email dari seseorang yang bernama Flo, dengan isi email undangan ke pesta bujang (aku agak geli baca istilah ini, kalau kita sih biasanya nyebutnya bridal shower lah ya. Tapi versi yang nginep gitu) oleh salah satu teman lamanya yang bernama Clare Cavendish. Di email tersebut juga ditujukan ke beberapa orang lainnya, tapi kebetulan ada salah satu orang juga yang Nora kenal, yaitu Nina, temannya yang saat ini bekerja sebagai dokter.

Awalnya si Nora ini merasa aneh kenapa tiba-tiba ada email masuk berupa undangan kayak begini, mengingat Clare (diawal cerita) disebutkan sebagai temannya jaman dulu, mereka udah hampir 10 tahun nggak ketemu tiba-tiba mengajaknya pesta sebelum dia menikah. Dia penasaran tapi juga ragu-ragu apakah mau datang apa nggak.

Singkat cerita, akhirnya Nora sepakat sama Nina untuk ikutan ke pesta bujang nya si Clare ini. Mereka diundang untuk menginap selama 2 malam (berarti 3 hari ya?) di rumah milik bibi nya Flo yang dideskripsikan kayak terpencil di hutan bahkan sempat jadi permasalahan antar warga yang nggak setuju dengan dibangunnya rumah bibi nya Flo ini. Ditambah model rumah yang sebagian besar kaca dan kayu.

Akhirnya berkumpul lah 4 orang yang datang duluan di tempat tersebut. Nora, Nina, Flo, Melanie (dia punya anak yang masih bayi berumur 6 bulan yang dia tinggalin bareng suaminya. Di cerita, dia selalu mencari cara buat nelpon suaminya buat sekedar nanyain anaknya), dan Tom (diawal cerita dia digambarkan cowok ganteng, tapi ternyata gay. Ah). Clare sendiri katanya mau datang terlambat.

Di hari kedua, Melanie karena khawatir banget sama bayi nya, ngotot pulang. Di malam hari, mulai ada hal-hal yg mencurigakan di rumah dan akhirnya terjadilah pembunuhan yg awalnya diceritakan penulis kayak nggak sengaja, tapi disinilah konfliknya dimulai.


***

Alasan kenapa kasih 8.2 dari 10?

Pertama, alurnya bagus. Karena tiap lanjut baca per lembarnya, justru bikin penasaran dan nggak ngantukin sama sekali. Gaya bahasanya pun juga enak, nggak rumit. Disini, penulis kadang suka alur mundur ceritain tentang kisah si tokoh utama nya dan setiap pergantian alur juga dibuat rapi. Jadi nggak ngebingungin.

Kedua, meskipun alurnya bagus, tapi konsep hilang ingatan yang terjadi sama si tokoh utama ini emang sih sepele, karena hilang ingatan sementara karena dia kecelakaan. Jadi dia lupa-lupa ingat, apa yang terjadi ketika waktu pembunuhan. Oke, mungkin bisa dibilang sepele, tapi aku suka sama penulisnya karena bikin plot yang "siapa aja ada kemungkinan jadi pembunuhnya" lewat cara pikirnya si tokoh utama. Meskipun di cerita, si tokoh utama ini dijadikan tersangka sama polisi nya.

Ketiga, jujur aja, aku memang agak membandingkan dengan Gone Girl dan Girl on The Train. Tapi setelah baca, aku lebih dapet "psikopat" nya si pembunuh di Gone Girl dan Girl on The Train dibanding disini. Emang sih, si pembunuh di buku ini juga psikopat, tapi rasanya kurang "sadis" dan nggak jelas aja alasan dia ngelakuin itu dari awal cerita sampai terjadi pembunuhan dan dia akhirnya ketahuan. Hei, itu udah bertahun-tahun yang lalu kejadian pemicu nya! Aneh.

Keempat, sebelumnya aku bilang penulis bikin plot dimana "siapa aja ada kemungkinan jadi pembunuhnya", dan bahkan aku sempat mikir satu tokoh yang kayaknya dia pembunuhnya, tapiiiii, di 3/4 buku (hahaha, pokoknya hampir mau habis tapi belum habis banget) sayangnya penulis kelepasan "menginfokan informasi" yang untungnya aku sadar pas bacanya, jadi yaaa udah bisa nebak-nebak dikitlah siapa pelakunya. Meskipun begitu, balik lagi ke alasan pertama, aku tetap penasaran sama si pembunuhnya sampai akhir cerita.

Kelima, untuk genre psiko-thriller, rasa-rasanya endingnya kurang greget. Meskipun kasus udah clear, tapi lebih sering aku nemuin ending tema-tema ini ataupun horor dengan ending yang gantung. Mungkin karena memang cerita sebatas orang hilang ingatan dan di fitnah tapi nggak ada balas dendam atau pembelaan sampai seru dan sadis lagi kali ya.

***

Jadi yaah, untuk buku novel bergenre ini, menurutku 8.2 dari 10. Tapi sekali lagi, namanya baca buku yaa selera masing-masing juga sih yaaa. Meskipun begitu, nggak rugi kok baca buku ini.


Oke. Selamat menikmati buku. Selamat menemukan hal-hal baru. 😉














No comments:

Post a Comment