A Head Full of Ghost - Paul Tremblay |
Ini tentang buku A Head Full of Ghosts karya nya Paul Tremblay. Genre nya, misteri mungkin? Jujur aja, pertama niat beli karena disampul aja udah ada komentar dari Stephen King, "Membuatku Ketakutan Setengah Mati". Ternyata?
Buat aku sih nggak gitu-gitu amat.
Jauuuuh sangat dari ekspektasi, meskipun yaaa, dengan komentarnya Stephen King ekspektasi aku yaa bisa jadi 11-12 film-film yang dia buat.
7.5 dari 10 deh.
Padahal bukunya pemenang Bram Stoker's Award, penghargaan buat karya novel yang bergenre horor.
Tapi aku nggak tau apa aku yang lemot, nggak paham plot penulisnya atau gimana , bacanya aja agak-agak ngantuk. Di awal nggak ngerti ini maksudnya apaan. Mungkin rada tegangnya baru kerasa di akhir-akhir bab bukunya.
***
Sinopsis singkat :
Diceritakan keluarga Barrett, dengan dua orang anak, Marjorie berumur 14 tahun dan Merry, adiknya yang masih berumur 8 tahun. Dari awal cerita aja, si Marjorie ini digambarkan sosok yang aneh, misterius, karena katanya suka diam-diam masuk ke kamar Merry, ngambil buku cerita kesukaannya dan digambar-gambar dengan cerita versi dia sendiri yang nggak kalah aneh.
Kelakuan si Marjorie ini makin lama makin aneh. Yang awalnya dia terlihat aneh hanya ke Merry, tapi lama-lama dia kayak kerasukan gitu lah. Muncul lah konflik, ayahnya yakin anaknya "aneh" dan mulai bawa si Marjorie ini ke psikiater.
Nggak mempan juga, ayahnya yang memang di awal cerita punya pekerjaan, tapi karena krisis moneter buat dia jadi kena PHK dan pelariannya dia dengan rajin berinteraksi dengan pendeta-pendeta. Dan itu yang buat Marjorie makin "nyindir"-in ayahnya dengan pemikiran sejenis kayak "sok suci lu", gitu laaah. Bapak nya ini yakin anaknya kerasukan roh jahat, sampai minta tolong pendeta buat bantu anaknya secara spritual. Beda pendapat, si ibu malah keukeuh kalau anaknya itu nggak kenapa-kenapa.
Anehnya si Marjorie ini selalu ngeyakinin ke Merry kalau apa yang dia lakuin selama ini (kesurupan dan bertingkah aneh itu) karena pura-pura aja. IYA, PURA-PURA AJA katanya. Dan makin jadi ketika ada stasiun TV yang mau jadiin kejadian anehnya Marjorie ini ke acara reality show gitu yang justru diterima dengan baik sama bapaknya. Secara, doi butuh duit juga kan?
Semakin aneh tingkahnya Marjorie ini, semakin dia terus-terusan ngeyakinin adiknya kalau dia itu sedang PURA-PURA, supaya pihak TV makin semangat nayangin dan keluarganya justru tertolong dengan makin dapat uang banyak.
Sampai akhirnya, dilakukan upacara excorcist sama pendeta nya dan pada saat itu tingkah Marjorie makin nggak karuan (kalau aku sih mikirnya, fix nih orang emang kerasukan), banyak tingkah aneh yang bikin aku mikir "kayak gitu lu masih bilang itu cuma pura-pura?", dari yang nyakar diri sendiri, terus bisa tahu kejadian yang udah lama banget, bahkan sampe nemplok di jendela. Hellooooo, itu pura-pura apaan? Terus ibunya masih keukeuh pula kalau anaknya nggak kenapa-kenapa. Makin sebel aja bacanya.
Aku nggak tau lah, pokoknya itu konflik utamanya yang paling ditonjolin di cerita, tapi buat aku justru di ending itu yang bikin aku ngerasa "creppy" (dikit, kan di ending doang). Dimana si Marjorie ini ceritanya udah mendingan tingkah nya dan dia bilang ke Merry, kalau selama ini yang aneh itu adalah Bapaknya. Iya, bapaknya!
Dia ngeyakinin si Merry ini dengan suatu hal (bacalah sendiri kalau mau tau) sampai akhirnya terjadilah sesuatu yang tidak disangka-sangka.
***
Alasan Kenapa 7.5 dari 10
Ekspektasiku terlalu besar ketika baca komentar Stephen King. Dari judul dan sinopsis di belakang buku, aku malah mikir kalau ini cerita psiko-thriller. Tapi ternyata kayak kerasukan gitu. Dari alur yang dibuat penulis, aku sendiri agak kebingungan, karena di awal cerita settingnya antara Merry yang sudah dewasa dengan penulis yang sedang wawancara-in dia tentang kejadian kakaknya, Marjorie, ini. Terus flashback dengan tokoh Merry menceritakan kejadian tersebut, terus ada part dimana isi blog gitu dan ternyata tulisannya Merry sendiri. Awalnya aku nggak ngerti, apalagi pas part isi blog nya si Merry ini, bahasanya ngebingungin.
Untuk penokohan sendiri, memang aku lebih dapat feel nya di Merry (pas kecil) nya. Aku bisa ngerasain polosnya si Merry ini, yang kayaknya kok mau diboongin kakaknya, di panggil dengan kata-kata yang nggak enak lah, tapi itu semua yaa murni kayak bocah cewek kecil yang takut-takut sama kakaknya. Aku justru paling freak sama tokoh bapaknya ini. Apa ya? Pas part awal mungkin aku bisa dapetin feel kalau bapaknya ini memang peduli sama kejiwaan si Marjorie, tapi semenjak muncul kru TV buat nayangin acara dengan kasus kejiwaan anaknya, dia kayak berubah jadi kayak apa ya istilahnya, malah semangat banget menayangkan kejiwaan anaknya dipertontonkan orang lain, terus juga semangat banget buat anaknya dipertemukan pendeta biar di rukiyah.
Kalau aku iseng-iseng buka fanpage yang bahas arti ending dari buku ini, justru aku baru ngerasa creppy nya lho! HAHAHA. Soalnya ada yang kasih pendapat, kalau si Marjorie ini diperlakukan tidak senonoh oleh Bapaknya dan berakibat stres kayak gitu sampai makanya benci banget sama bapaknya. Ada yang bilang juga kalau sebenarnya memang bapaknya lah yang punya kelainan jiwa.
Tapi selama baca, apalagi di bab-bab awal, sumpah kagak ngerti. Ngantukin, alurnya lambat banget, Horor yang didapet juga malah kayak maksa. Cuma emang di menuju 3/4 sampai endingnya ini yang bisa dinilai plus lah.
Di sampul bukunya sih ditulisnya "Dewasa", tapi buat aku sih nggak ada yang vulgar dan kalaupun menggambarkan yang berdarah-darah pun juga nggak. Mungkin dari segi alurnya yang dikhawatirkan buat dibaca sama anak yang belum cukup umur kali ya.
Buat yang suka tema (ini apa sih? Misteri? Hantu? Eh sama aja ya) hmm, balik lagi ke diri kalian masing-masing. Cuma dari aku pribadi sih agak merasa, ini nggak sesuai ekspektasi aja.
Selamat menikmati buku, selamat menemukan hal-hal baru. 😁
No comments:
Post a Comment