The Girls (Gadis-Gadis Misterius) - Emma Cline |
Kesan pertama setelah baca buku ini adalah, suram dan ngeri.
Ngeri ini muncul ketika tahu bahwa sebetulnya cerita yang dibuat Emma Cline ini memang karangan fiktif, tapi kenyataannya memang pernah terjadi kejadian yang hampir mirip di tahun yang sama dalam novel tersebut.
Kayaknya memang beliau pakai literatur kejadian tersebut deh.
Simpel Sinopsis
Cerita dimulai dari sudut pandang di tahun "sekarang", Evie Boyd yang bertemu dengan temannya dan kemudian awalnya temannya itu nggak ingat siapa Evie. Kemudian setelah menyebutkan namanya, akhirnya temannya ini bilang kayak, "Oh, ini Evie yang waktu itu ikut aliran sekte sesat dan berbahaya itu ya?"
Hampir sebagian buku intinya menceritakan kejadian Evie di tahun 1969 saat dia berumur 14 tahun. Dia tinggal di California bersama ibunya yang sudah pisah dengan ayahnya. Ayahnya ini lebih memilih asistennya yang bernama Tammar dan meninggalkan istrinya, sedangkan ibunya akibat ditinggal suaminya ini jadi suka cari-cari cowok, kencan sana-sini yang dia anggap bisa sedikit membahagiakan hidupnya dia. Evie ini punya sahabat, namanya Connie. Evie naksir sama kakaknya Connie, Peter, tapi sayangnya Peter sudah punya pacar dan selang selanjutnya ketika Connie akan pindah rumah bersama ayahnya, Peter juga kabur beserta pacarnya itu yang diketahui ternyata hamil. Evie jelas kecewa berat. Ditambah ketika Connie bilang mau pindah rumah, yang Evie pikirin justru si Peter nya ini, Connie nya di cuekin, jadi Connie merasa Evie nggak peduli sama dia.
Setelah kejadian itu, ditambah lagi ibunya membawa pacar barunya (kok gua lupa ya namanya), seorang pengusaha tambang emas, yang Evie sendiri nggak suka sama orang itu tapi ibunya selalu bela pacarnya dibanding anaknya sendiri. Evie yang dasarnya memang tertutup, nggak PD, ditambah kejadian-kejadian yang bikin dia kayak kehilangan kasih sayang dan kepedulian jadi makin depresi.
Akhirnya dia bertemu dengan seorang gadis, namanya Suzanne, mereka kenalan, dan akhirnya diajak ke tempatnya dia bersama teman-temannya. Suzanne ini sendiri padahal tampilannya kumuh banget, bau, kayak gembel lah. Di perjalanan, Evie dikenalkan juga dengan Helen, Donna, dan Ross. Tampilan mereka sama, kayak gembel. Suzanne bilang, disana mereka tinggal di sebuah ranch terpencil dan nanti Evie bakal ketemu sama yang namanya Russell, yang akhirnya diketahui Evie sebagai pimpinan mereka.
Evie mendapati perhatian dari mereka semua, semua mengagumi Evie dan menganggap dia cantik, baik, dan lainnya. Suzanne sendiri juga memberikan perhatian yang Evie "mau" sehingga Evie merasa dipedulikan disana dan dianggap ada kontribusi dalam kelompok tersebut. Selain itu, kelompok itu juga memberikan kebebasan dan cinta damai untuk pribadi masing-masing. Sampai akhirnya Evie bertemu dengan Russell dan melihat sendiri betapa mengagumkannya Russell dari segi pemikiran, tindakan, dan dimana setiap orang disekelilingnya mau melakukan apa saja demi mendapatkan perhatian Russell. Evie sendiri jadi seperti mereka, melakukan apapun yang Russell minta hanya supaya dapat perhatian dari orang itu.
Russell kenal dengan Mitch, produser musik yang sudah menjanjikan ke Russell untuk kontrak rekaman, tapi kenyataannya, Russell ternyata gagal mendapatkan kontrak rekamannya tersebut. Russell merencanakan balas dendam untuk Mitch, hingga berakhir peristiwa pembunuhan yang menewaskan 4 orang di rumah nya Mitch.
Bagaimana nasib Evie selanjutnya? Apakah Russell dan yang lain berhasil ditangkap? Dan bagaimana nasib Mitch selanjutnya, apakah juga ikut terbunuh?
***
Alasan 8.2 dari 10?
Sebelumnya, aku nggak menyarankan novel ini dibaca sama kalian-kalian yang dibawah umur 17 tahun. Karena banyak part-part porno nya, yang aku sendiri malah jijik bacanya. Porno nya tuh kayak si Evie ini sendiri membayangkan hal-hal yang porno itu terjadi di diri dia. Ngaco lah. Kayak betul-betul haus kasih sayang si Evie ini.
Oke, dari cover, aku nggak masalah. Malah ada kesan-kesan betulan misteriusnya ketika ditambah sinopsis di cover belakangnya. Oh ya, sebelumnya, aku sendiri udah tertarik beli buku ini tapi suka mikir "ah ntar dulu deh" sampai akhirnya aku iseng-iseng nyari di internet, novel-novel bergenre psikologi, dan ada yang nyebutin judul ini. Jadi pengen beli deh. AHAHAHA.
Kedua, sudut pandang. Jujur, aku sedikit masalah dengan POV nya penulis hampir pas bagian mau ending. Sebagian besar memang menggunakan POV orang pertama, tapi pas banget diakhir-akhir cerita, aku jadi sedikit bingung dengan penggunaan sudut pandang itu. Kan dia pakai sudut pandang "aku" tapi dia juga menceritakan si "aku" ini tahu kejadian yang tidak dia rasakan. Padahal kayaknya akan lebih baik kalau dijadiin bentuk narasi gitu aja tanpa sudut pandang apapun. Selebihnya sih kayaknya aku merasa baik-baik saja.
Ketiga, alur. Aku ga paham banget, gunanya menceritakan Evie di masa sekarang. Apaan sih gunanya Sasha, sama dua kenalan dia yang ketemu di bar itu? Kayaknya kalaupun bagian itu nggak ada di novel, juga nggak masalah. Apa dia mau membandingkan si Sasha ini mirip dia waktu dia masih remaja juga? Tapi entah lah, aku nggak ada excited nya baca part itu. Kukira bakalan ada kejadian apaaa gitu yang buat penasaran, tapi malah kayak gitu doang. Sedangkan untuk kejadian di tahun 1969 nya, efek thrill nya dapet, deg-degan sebetulnya ini orang dan kelompok ini mau ngapain juga kerasa. Karena jujur aja sebelum-sebelumnya aku nggak pernah membayangkan bakalan sampai terjadi pembunuhan. Aku lebih ngebayangin kayak semacam upacara-upacara sadis pemujaan setan gitu lah. Tapi dengan alur yang disampaikan penulis, thrill nya tetap terasa.
Keempat, bahasa. Karena terjemahan, aku suka sama gaya bahasa yang disajikan penerjemah. Lebih banyak kayak ngasih perbandingan personifikasi. Penggunaan kata-kata nya pun "kaya" bahkan sesekali aku nemuin kata-kata yang jarang kutemuin.
Kebanyakan mahasiswa nya adalah orang asing yang ingin merancang videogame. Mengejutkan saat memikirkannya, memikirkan David, mengingat waktu saat aku membayangkan suatu kehidupan bersama orang lain. Bukan cinta, tetapi semacam inersia menyenangkan yang bisa menggantikan perasaan itu. Kebisuan nyaman yang menyelubungi kami berdua dalam perjalanan-perjalanan bermobil. Bagaimana aku pernah melihatnya menatapku saat kami menyebrangi lapangan parkir, matahari sudah menghilang dan udara berkilauan dengan cahaya temaram. (Hal.138)
Kalau di paragraf itu aku nemuin kata inersia. Jarang ada novel terjemahan nyebut-nyebut inersia.
Ya, kayak yang aku bilang sebelumnya. Hampir semua bahasanya menggunakan majas personifikasi campur majas perbandingan.
Itu daging pertama yang kusantap setelah sekian lama. Ibuku, Jean, berhenti makan daging selama empat bulan sejak bercerai. Dia berhenti melakukan banyak hal. Menghilanglah ibu yang selalu memastikan aku membeli pakaian dalam baru setiap musim, ibu yang menggulung kaus kaki putih berimpelku hingga semanis telur. Yang menjahit piama bonekaku agar serasi dengan piamaku, bahkan hingga kancing-kancing mutiaranya. Dia siap menghadiri kehidupannya sendiri dengan semangat khas anak sekolah menghadapi soal matematika yang sulit. Jika ada waktu luang, dia merenggangkan tubuh. Berjinjit untuk melatih betisnya. Dia menyalakan dupa yang terbungkus kertas aluminium dan membuat mataku berair. Dia mulai minum teh baru, yang terbuat dari semcam kulit pohon beraroma, dan menyeret langkah di sekeliling rumah sambil menyesapnya, tanpa sadar menyentuh lehernya bagaikan baru pulih dari penyakit yang telah lama bersarang. (Hal 333)
Selebihnya kayak bahasa percakapannya pun aku sih suka.
Kelima, penokohan. Kalau ada yang berpikiran betapa kasihannya kalian dengan Evie, entah kenapa aku kok ya malah sebel. Yaaa aku tahu sih, keluarganya yang harmonis tapi dibuat-buat sampai akhirnya kedua orang tua nya betulan pisah. Tapi bokepnya itu lho. Ngeri banget nih anak. Kok ya bisa mikirin hal-hal porno, ngebayangin dia kayak gitu. Sumpah, kadang jijik lho sama dia. Apa ini termasuk gangguan psikologis juga? Padahal kalau baca diawal-awal kayaknya bapak-ibunya sayang-sayang aja tuh sama si Evie ini. Tapi kenapa dia kayak pengen banget dipeduliin ya?
Dan, apalagi interaksi dia dengan Suzanne, ini orang ada kecenderungan doyan cewek juga ya?
Ranch tidak terlalu jauh dari San Fransisco, tetapi kami jarang pergi kesana. Aku baru kesana sekali bersama Suzanne, untuk mengambil setengah kilo ganja dari sebuah rumah yang dia sebut sebagai Kedutaan Besar Rusia, meskipun bercanda. Beberapa teman Guy, kukira, lingkaran lama pergaulan para pemuja setan. Pintu depannya dicat hitam legam-Suzanne melihat keraguanku dan melingkarkan lengannya di lenganku.
"Seram ya?" dia bertanya. "Kukira juga begitu awalnya."
Ketika dia menyeretku lebih dekat, aku merasakan benturan tulang panggulnya. Momen-momen penuh kelembutan itu selalu bisa memesonaku. (Hal. 195)
Ih apaan sih nih si Evie ini.
Kukira dia bakal digambarkan kayak orang polos, lugu, betul-betul anak yang manis. Tapi ternyata begitu. Dan tukang mabok! Dan tukang ngisep ganja! Malesin deh.
Tapi kalau kita bahas bagaimana penulis menyajikan penokohan di novel ini, aku rasa sih bagus semua. Dari segi Evie, ibunya, bapaknya, Tammar, bahkan sampai Suzanne, Helen (aku juga jadi ikutan males banget baca deskripsinya dia yang penulis buat, gadis yang suaranya dibuat-buat menjadi seperti anak kecil. Euuh 😑), Donna, Guy, Mitch, but sorry for Russell.
Aku nggak ngena dengan Russell. Dia dideskripsikan kayak hebat, dipuja sama semua orang di kelompoknya. Tapi kalau aku baca part nya, kayak "apaan nih? Nggak ada menariknya sama sekali ini orang".
"Aku seperti dirimu," Russell melanjutkan. "Aku sangat cerdas saat masih muda, begitu cerdas sehingga tentu saja, mereka berkata bahwa aku bodoh." Dia tertawa terputus-putus. "Mereka mengajariku kata bodoh. Mereka mengajariku kata-kata itu, kemudian memberitahuku bahwa aku begitu." Saat Russell tersenyum, wajahnya penuh kegembiraan yang sepertinya asing bagiku. Aku tahu, aku tak akan pernah sesenang itu. Bahkan semasa kecil aku tidak cerita - tiba-tiba saja, aku melihat betapa jelasnya itu.
Saat dia bicara, aku memeluk diriku sendiri. Semua mulai masuk akal bagiku, apa yang Russell katakan, dipahami sedikit demi sedikit. Bagaimana obat-obatan terlarang menyatukan pikiran-pikiran sederhana dan banal menjadi frase-frase yang sepertinya penuh hal penting. Otak remajaku yang sering bermasalah mendambakan hubungan sebab-akibat, mendambakan konspirasi yang mewarnai setiap kata, setiap tindakan, dengan arti. Aku ingin Russell menjadi seorang genius.
"Ada sesuatu dalam dirimu," dia berkata. "Bagian yang benar-benar menyedihkan. Dan kau tahu? Itu benar-benar membuatku sedih. Mereka mencoba merusak gadis cantik yang istimewa ini. Mereka membuatnya sedih. Hanya karena mereka sendiri sedih."
Aku merasakan desakan air mata.
"Tapi, mereka tidak merusakmu, Evie. Karena kau disini. Evie kami yang istimewa. Dan kau bisa membiarkan semua omong kosong lama itu terbang." (Hal.125)
Gaje ya? Cara Russell mendoktrin Evie kukira dengan hal yang jauh lebih oke. Dan selanjutnya, masa si Evie ini langsung mau aja ngelakuin apapun cuma supaya dia juga bisa dapat perhatian Russell ini, termasuk urusan "begituan". Nggak banget deh. 😒
Aku malah ngerasanya dia kayak langsung menghipnotis orang begitu saja, supaya ngelakuin apa yang dia mau. Bukan dengan doktrin pemikiran dia atau sebagainya.
Baidewei, aku juga baru tahu kata "banal" disini.
Kenapa novel ini masuk ke genre thriller psikologi, mungkin karena hubungannya yang Evie bisa masuk ke kelompok aliran sesat dengan memuja sesuatu (bayanganku padahal sesat disini kayak mereka jadi pemuja setan-setan dengan upacara-upacara yang sadisme gitu, ternyata nggak, malah jadi pemuja "Russell") dan akhirnya beujung ke pembunuhan kali ya.
Oh ya, satu lagi, aku tetep nggak paham munculnya si Sasha dan dua orang kenalan nya muncul di part novel ini. Terlepas apakah kesannya kayak Evie jadi flashback ngeliat diri Sasha yang kayak dia, ngelakuin hal-hal "berani" kayak begitu, tapi kayaknya nggak ada part itu pun aku nggak merasa kurang.
Keenam, ending. Oke, endingnya bagus. Aku juga nggak kepikiran bakalan sampai ada pembunuhan segala. Daaaan aku lebih deg-degan setelah tahu bahwa ini sebetulnya ada kejadian yang hampir sama terjadi secara fakta. Karena penulis pun nggak kasih info kalau ini ada literatur dari kejadian yang namanya "Mason's Murder".
Yaaa meskipun novel ini tetap fiksi, tapi ternyata di tahun yang sama, 1969, juga ada kelompok seperti Russell ini, dikepalai oleh seseorang bernama Charles Manson dan membentuk kelompok yang diberi nama "Manson's Family". Dan di tahun 1969 ini, Manson mengajak 3 orang anggota perempuan (salah satunya juga ada yang namanya Susan) dalam kelompoknya untuk pergi ke rumah salah satu artis bernama Sharon Tate yang kebetulan suaminya sedang tidak ada di rumah. Tate hanya bersama 3 orang temannya, dan Tate ini sedang hamil 8.5 bulan (bentar lagi lahiran cuuuy). Ditusuk berkali-kali termasuk Tate yang lagi hamil ini. God. 😱
Kalau mau lebih jelasnya bisa cek di gugel, search Charles Manson.
Baidewei, Charles Manson ini kena hukuman mati, dan Alhamdulillah + Innalillahi (?) dia udah meninggal pas di bulan November 2017. Iya baru meninggal di bulan November kemarin. Yeah, baguslah.
Oke,
Sekian dulu review nya.
Mudah-mudahan bikin kalian tertarik beli dan baca buku ini ya.
Selamat menikmati buku.
Selamat menemukan hal-hal baru. 😉
No comments:
Post a Comment